trinirmala2510

terima kasih untuk alam semesta


Leave a comment

Cloud

Senja itu, hujan turun diseparuh hari. Berjalan beriring, tapi tidak ada perbincangan berarti.
Memang tidak seharusnya berharap
Pada keramaian yang memabukkan
Karena indah itu gerimis pagi yang membangunkan bunga2 dari mimpinya.

24 November 2014


Leave a comment

Part III : Menyusuri Jejak Masa Lalu

Tiba-tiba saja, aku merasa asing dengan diriku sendiri, seperti tidak mengenal siapa aku sebenarnya. Siapa sebenarnya ayahku, dari benih siapa aku lahir ? pertanyaan itu terus saja menghujam pikiranku. Aku harus mencarinya, memulai untuk mengulik siapa yang mengetahui sejarah kehidupan Aku.

Bude Galuh lah yang aku tuju, kakak ibuku yang tertua tentunya paham siapa aku sebenarnya. Rumah tua, di pojok jalan Juanda, bandung masih tertata dengan rapih, pohon mahoni, mangga dan jambu yang tumbuh di halaman, meneduhkan rumah yang sudah ada sebelum aku lahir. Walau gedung-gedung di sebelah kiri kanan rumah Bude Galuh, berubah menjadi factory outlet yang cukup familiar di sekitar wilayah Bandung, tetap saja rumah bersahaja selalu mencuri perhatian orang yang ingin membelinya. “Kok mau dijual, inikah peninggalan satu-satunya Pakdemu, masa ingin dijual.  Begitu selalu penjelasan Bude kepadaku.

Sedikit terkejut, Bude menyuruhku masuk dengan penuh selidik, dia bertanya, “tumben kok tiba-tiba ke bandung, biasanya susah banget kalau nyuruh kamu kesini, pasti lagi berantem dengan Mas Angga ya,”tanya Budeku penuh rasa curiga. Aku hanya tersenyum kecut. “Bagaimana Angga, kabarnya ? baik-baik saja kan ?,” begitu Bude memberondong dengan pertanyaan soal Angga.

“Bude aku kesini ingin tau siapa sebenarnya Ayahku ?” kataku datar tapi tegas. Kuluhat wajah Bude pucat pasi, dan langsung mengalihkan pertanyaanku, “Kamu mau minum apa Nina, biar aku suruh Sati membuatkan teh hangat ya,” katanya seolah-olah membujuk aku.rise_over_a_silent_lake_by_jomobro-d35ezpf


Leave a comment

Memulai Pencarian

(Part II) – Jungkir Balik, itulah kata yang tepat untuk aku saat ini, muram sudah masa depan, aku harus berjalan sendiri, membenahi sendiri semua kehidupan, ya aku harus menyadari I am A Lonely…..sendirian, tidak ber ayah, tidak ada saudara, bahkan nama Ibu yang selama ini selalu menjadi tempat berkeluh kesah, seperti menjadi “hantu” menakutkan, aku harus membuang semua ingatan tentang mereka, harus membuat jati diri yang baru. Darimana mulainya ?

Pagi-Sunyi
Pagi yang masih sunyi, ruang kerjaku masih saja seperti kemarin, seperti kapal pecah, semua kertas, buku, kabel dan pincil, bertumpuk di meja. Pemberitaan KPK  VS Polisi, ternyata cukup menyita pikiranku. banyak hiden yang perlu penciuman tajam untuk mengendus berita yang tak sama dengan media lain, tentu itu kerja-kerja jurnalis, harus dapat yang berbeda, kalau ngak beda, kelaut aja loh, begitu ucapan sinis redaktur, kalau berita yang sampai di mejanya hanya lempeng saja. Karena untuk itulah kalian digaji, iya kan.

Kalimat ketus yang seperti itu,  kata-kata yang sudah sangat aku hapal, jangan harap kalimat manis akan keluar di saat menjelang deadline. Sudah bisa dipastikan, sumpah serapah, gerundelan selalu saja terdengar. Tapi kali ini rasanya aku malas menjawab gerundelan redaktur, hari ini aku berusaha mendengarkan semua makian, cacian para senior. “masa kamu cuma bisa ngorek hal kaya gini, kalau cuma persoalan BG dan rekening gendutnya, itu mah biasa, harusnya bisa dikorek sisi lain yang ngan diangkat media lain tau, kejar lagi nara sumber yang lain,” samber Han di seberang meja.

“Siap bang” jawabku datar sambil ngeloyor pergi. Yakin, Han terkesima dengan sikapku yang tanpa perlawanan, seperti sapi dicocok hidung nurut tanpa protes.

Liputan yang gegap gempita, tetap saja tidak memanaskan suasana, padahal ada banyak reporter lain yang mengharap dapat penugasan seperti aku, di garda depan, isu politik,  selain bergengsi, seringkali tangga-tangga karier dimulai dari rubrik yang bergengsi ini. Tapi sepertinya semangat itu hilang begitu saja, ada rasa hampa dalam hati, ya jati diri, yang selama ini melekat ternyata bukan jati diriku yang sejati…..kemana aku harus memulai mencarinya ?

Image result for hujan gerimis


Leave a comment

PERJUMPAAN

Mendung menggelayut di pagi yang suram, seperti terwakili, suasana hati ku pun seperti mengamini pagi ini. Yakin bila pagi ini hujan deras akan kembali mengguyur ibu kota. Dipastikan, banjir akan kembali meramaikan pemberitaan berbagai media, yang sudah sejak kemarin membicarakan soal konflik Polisi dan KPK yang tak kunjung berujung. Tampaknya persoalan politik masih tetap menjadi headline pemberitaan di berbagai media, dan tentunya akulah yang akan menjadi frontliner untuk pemberitaan semacam ini, yang kadang menyebalkan.

Tentu, redakturku yang berkedudukan di Belanda, sangat bersemangat memungut berita-berita yang semakin lama membuat mual. Tapi, saat ini berbeda, perasaan yang aku hadapi pagi ini tidak saja membuat kesal, tapi pening dan sulit tidur sejak semalam, membuat badanku terasa meriang, bagaimana tidak tiba-tiba saja, jelang pertunanganku dengan Angga, Ibu mengabarkan dengan sangat santun bahwa aku bukanlah anak kandung Ayah……………..mau teriak, rasanya suaraku habis, mau banting laptop rasanya tidak bertenaga.

Wahai semesta, hidupku terasa jungkir balik, semula semua berjalan aman sentosa, mulai dari sekolah yang terbaik selalu ditempatkan untuk aku, putri semata wayang Ayah dan Ibu yang selalu menjadi kebanggaan, cantik, pandai dan selalu ingin menjadi nomor satu, berbeda dengan dua orang kakak lelaki ku yang jauh lebih tenang, santun, sementara aku selalu meledak-ledak, emosisonal dan kata Ibu, mirip dengan gaya kakek yang selalu ingin cepat untuk apapun yang diinginkan……kakek, sebutan kakek buat aku menjadi aneh. Kakek dari Ayah, apakah masih pantas aku menyebutnya kakek ? Karena saat ini rasanya kepalaku seperti dibenturkan ke tembok dan ingatanku kembali ke kehidupan nyata yang sangat pahit.

Kini kenyataan pahit, membuatku menjadi kecil secara tiba-tiba bagai semut yang tidak ada lagi tempat berlindung, semua terlihat seperti benda besar yang siap menerkam, menginjak dan menghancurkan tubuhku…. (part I)images