Gerimis itu selalu mengingatkan aku pada payungmu yang kumal
Yang selalu kau sebut, sebagai kawan yang selalu melindungimu.
Berbahan kertas bergambar gadis ayu, kayu penyangganya pun sudah berubah warna
Gerimis itu selalu mengingat kata-kata mu bahwa menunggu adalah perasaan paling menyakitkan
Menyakitkan tetapi nyatanya kau tetap menunggu
Menunggu sebuah jati diri yang dulu kau pegang teguh dan kau yakini seperti darah yang mengalir dalam tubuhmu
Gerimis selalu menjadi saat-saat yang paling menggelisahkan dirimu, karena ia selalu mengingatkanmu pada janji yang belum kau genapi.
Arnhiem, 2014